Senin, 23 Desember 2013

Left Nothing but Footprint

“Left Nothing but Footprint”

                      “A country will not be short of leaders if its youth is keen on mountaineering.” That quote is adapted from 5cm novel by Donny Dhirgantoro which is popular among mountaineers. Yet the reality is different with that quote. Many youngsters are intriguing about mountaineering but being hampered to go as they thought mountaineering needs huge preparation and considered to be dangerous. Some also feel overwhelmed by the highly tiring journey to climb mountain. However, mountain is our friend, our teacher that teaches many good values to appreciate our lives. We do not need to be worried. Here are some simple steps that will help you reaching the top of the mountain, breaking the apprehension and realizing the dreams.
                 First, before conquering the mountain we need to find a lot of information about it and the access to get there. The information includes the geographical condition and characteristics of the mountain. Information like the height, mountain status, difficulty of track and other related information are needed to be known. After getting enough information about the mountain you should know the access to get there. It could be done by making a route map. Besides, for the track to go to the top of the mountain, you could bring the contour map. Make sure that you have adequate information about the condition and the access because it is the crucial step that consequently influences the other steps.
                 The next step is making managerial planning. After knowing the condition of the mountain, you could consider the managerial plan, including logistics, equipments and medicine that you need to bring. It is better to make managerial planning in a team. In a team there is a group leader, logistic coordinator, equipment coordinator, also health coordinator. By building a team, the plan will be much easier to handle. Managerial planning is a very important part for climbing the mountain. It is not only about a plan, it is about your life when you are climbing a mountain. For example when you are going to climb a mountain for three days, the logistics you need to prepare is multiplied by 1.5, so it would be 4.5 days. The reason for that is for your safety. You will have spare logistics in case you get lost in your journey. The equipment you need to bring also need to be prepared, like the carriers, shoes, sleeping bag, tent and many others. Do not ever belittle the use of your equipment. It will be your halflife.
                 Eventually, after you are ready with your plan, it is time to reach your top of mountain. Recently, I have just climbed Gede Mountain and fortunately I could stand on its top. It was not an easy journey like any ordinary travelling. For me it was about struggle, faith, and patience. The track was very long and quite difficult. It was so cold and I needed to compete with plants to have my oxygen during nights. In my summit attack, my team and I did not sleep a whole day. We were walking, falling, and walking again. I sprained my left ankle, had cramp in my foot, got hurt in my hand, and felt tired in my whole body. Yet all of those were not the real problem. The problem I had to deal with was my mind. I whispered to my mind not to see the journey was long but walking in every step bit by bit so it would not make me feel burdensome. I needed to kill my boredom and to be patient although it needed several hours to see the top of the mountain. However, all of the efforts were paid when I reached Gede Mountain’s top. I was fascinated by its splendor. I was feeling like in a castle above the sky. The scenery was totally beautiful. You will be feeling the same even more when you are standing on the top of a mountain. Furthermore, although you are enjoying the process of reaching the top, you need to be aware of getting lost in your journey. Yet if you are getting lost what you need to do is S.T.O.P, S for stop, T for think, O for observe and P for plan your solution to go back on track. Moreover, enjoy your journey and take many lessons from a mountain. It will make you living your life.

                 After knowing all of those simple steps to reach the top of the mountain, are you ready to climb? Just say yes. The mountain has waited for you to make friend with. It has waited for you to share many values of live. You have nothing to be worried about, yet you have many things to perceive from a mountain. Like Soe Hok Gie said, “Life is about bravery, encountering enigma without understanding, without negotiating, accept it, face it.” Be ready. Prepare your bold motivation to climb a mountain and you will see the kingdom above the sky on the top of a mountain.

Sabtu, 16 November 2013

Menjajal Tebing Citatah 125

Yang Penting Nyali

          .....Kami bertigabelas pun tidur bagaikan ikan pindang pada pukul 03.30. Pada hari yang sama pukul 05.30 kami bangun dan menyiapkan masak. Pagi ini giliranku untuk memasak. Menunya simple, nasi dan sarden dicampur dengan sosis dan bakso. Ummm nikmatnya. Untungnya masakan pagi ini sukses, enak dan bergizi. Setelah makan pagi, kami melakukan pemanasan selama 15 menit. Kemudian kak jojo menjelaskan tentang alat-alat pemanjatan kepada kami serta praktek membuat harnest dari webbing. Gampang-gampang susah juga ternyata membuat harnest dari webbing. Usai memberi penjelasan tentang alat-alat panjat tebing, kak jojo menuju ke spot panjat tebing artificial, membuat pengaman sendiri. Tebing citatah 125 merupakan tebing karst, dari kapur. Pijakannya tidak tajam seperti tebing coral. Kak jojo membawa berbagai peralatan untuk memanjat dan membuat pengaman hingga sampai ke pitch 1 yang tingginya sekitar 30 meter. Ngeri juga lihatnya. Belayer sewaktu kak jojo manjat adalah kak faris. Sekitar 40 menitan sistem sudah terpasang. Waktunya MANJAT!
             Sayangnya di awal-awal urutan pemanjatan, aku deg-degan setengah mati. Ngeri banget sama ketinggian. Jadinya aku urutan manjatnya dua terakhir deh. Lazu, jadi yang pertama menjajal tebing citatah 125. Hanya dalam waktu 20 menitan lazu sudah mencapai pitch 1. Cepet banget dia. Setelah lazu Stefan manjat. Dengan kaki dan tangan yang panjang memudahkan Stefan buat sampai ke pitch 1. Selanjutnya adalah amal, jago juga si amal manjatnya. Silky pun manjat setelah amal, dia juga sampai ke pitch 1. Usai silky, gentian narsya yang manjat. Sayangnya narsya nggak sampai pitch 1. Dan Giliranku tibaa..

my turn - dok.pribadi
           
            Karena sudah melihat bagaimana teman-teman memanjat. Rasa deg-deganku pun berkurang. Aku pakai harnest, pakai sepatu, dan juga dikasih magnesium sepatuku sama kak Jojo. :3. Belay On. On belay. Itulah tanda kalau kita siap manjat, ditujukan ke belayer. Belayerku waktu itu kak cindy. Makasih kakak.. Langkah pertama lumayan sulit karena harus beradaptasi dengan tebing yang asli. Tapi lama kelamaan sudah terbiasa, walaupun aku sering sekali noleh kebawah untuk bertanya ke kak jojo pijakan mana yang harus aku pijak. Satu hal yang terus aku ucapkan dalam hati adalah, berjuang terus nggak boleh fall.  Jadi dengan segenap tenaga, aku cari pegangan dan pijakan yang kuat. Sedikit ribet karena terkadang nggak nyampek. Yaa, faktor body. Pijakan demi pijakan akhirnya aku hampir sampai ke pitch 1. Aku berteriak ke kak faris, dan dibalas oleh silky kalau kak faris tidur. Yaaah. Aku melanjutkan langkahku dan sampailah ke pitch 1. Waaa bahagianya. Pemandangan dari pitch 1 sungguh menghipnotis, sayangnya banyak pabrik di bawah. Sesampainya di pitch 1 aku masih harus menunggu giliran untuk melakukan rappling, turun tebing. Usai silky melakukan rappling sekarang giliranku. Dan yang paling special dari semua aku rappling menggunakan autostop, bukan figure of eight.
PM RC 1 KAPA FTUI - dok.pribadi
            Dalam nama Tuhan Yesus. Hanya kata itu yang membuatku yakin untuk rappling menggunakan autostop. Karena sebelum rappling kak faris berkata kalau dia pernah membuat orang kecelakaan karena menggunakan autostop. Huuft. Tinggal percaya sama Tuhan saja. 1,2,3 akhirnya aku turun gunung. Tangan kiri memegang autostop, sedangkan tangan kanan memegan tali di belakang pinggang. Aku turun perlahan. Hingga tengah tebing tangan kiriku sakit sekali. Karena menahan autostop terus. Saat aku turun petang mulai datang. Semakin ke bawah semakin gelap. Untung ada kak jojo yang memback up. Sampai juga akhirnya di dataran. Lega sekali rasanya telah menaklukan rasa takut akan ketinggian dan percaya pada diri sendiri karena ada kuasa Tuhan yang akan menolong. Aku yang awalnya ngeri terhadap ketinggian akhirnya ketagihan juga untuk memanjat lagi. Dan panjatan kedua ada di hari berikutnya..

Kamis, 14 November 2013

Persiapan Perjalanan Menuju Tebing Citatah 125

And The Story Begin...

              Perjalanan pertama pasca pelantikan anggota baru KAPA FT UI adalah penarikan minat empat divisi. Empat divisi yang ada di KAPA FTUI sendiri adalah divisi gunung hutan, rock climbing, olahraga air dan caving. Untuk penarikan minat di minggu pertama pun aku memutuskan untuk mengikuti PM RC 1. Walaupun waktu persiapannya mepet, tetapi niat masih terus memacu diri untuk mengikuti kegiatan ini. Pada tanggal 6 november 2013 rapat pertama PM RC 1 dilaksanakan. Terpilihlah Exa sebagai ketua rombongan, dan aku sebagai PJ P3K. Kadiv RC, Kak Jojo juga ikut serta membantu persiapan pelaksanaan PM RC 1 ini. Karena kita sendiri lah yang mengorganisasi PM RC ini. Rapat kira-kira berakhir hingga pukul 23.00. Keesokan harinya aku mulai melakukan joblist yang telah dibuat. Mencari obat dan jalur kritis sebagai prioritas. Dibantu oleh kak acul, kak sapid an kak jojo kelar juga akhirnya joblist tersebut. Pada jam 7 malam dimulai lah rapat kedua PM RC 1. Agenda rapat semakin padat karena hari itu adalah H-1 pelaksanaan  kegiatan sedangkan masih banyak perencanaan yang harus dilakukan. Akhirnya sekitar pukul 23.30 rapat usai, dan alhasil aku pun menikmati kali pertamaku menginap di sekre kappa. Asiiik.

            Jumat 8 november 2013, it’s the H day. Dan obat-obatan yang harusnya dibeli masih belum kubeli, jalur kritis pun belum kelar. Aku pun menyelesaikan jalur kritis yang sudah ak cari, disambi dengan mengupload tugas-tugas yang tidak bisa kuupload sepulang PM RC. Kemudian, aku pun langsung cabut dan membeli obat-obatan yang diperlukan. Hanya butuh sedikit waktu untuk berbelanja obat dan beberapa keperluanku. Tapi sayangnya, setelah keburu-buru pulang aku baru ingat kalau kunci kamarku masih berada di Ira, teman depan kamarku. Sial. Aku bahkan harus ngemper di depan kamarku sendiri menunggu datangnya sang pembawa kunci karena aku harus cepat-cepat packing untuk PM RC 1. Ira pun datang, secepat kilat aku packing dan menyempatkan diri untuk mandi. Untung saja setelah sampai di FT rombongan masih melakukan persiapan berangkat.

            Pelepasan rombongan PM minggu 1 yang harusnya jam 7 molor menjadi jam setengah 9 malam. Tapi tak apalah yang penting dengan pelepasan ini menandakan bagaimana solidnya KAPA FTUI. Jam 9 malam, rombongan PM RC 1 berangkat menggunakan tiga buah mobil dengan 13 peserta yang ikut. Aku berada semobil bersama kak Jojo, exa dan Stefan. Kak Jojo dengan santainya pun menyasarkan kita bertiga, ya latarbelakangnya adalah untuk memberi kita pelajaran agar persiapan semakin detail, matang, dan antisipatif. Alhasil kita pun sampai di tempat tujuan Tebing Citatah 125, Padalarang, Bandung, pada pukul 00.30. Sewaktu kami sampai, baru ada rombongan dari mobil kak gian yang sampai, rombongan mobil kak faris masih dalam perjalanan. Kami pun langsung bergegas ke saung dekat tebing untuk menaruh barang-barang dan menggelar matras. Kemudian menikmati nasi goreng yang dibelikan kak Jojo. Malam semakin larut, pada pukul 3 dini hari barulah rombongan dari mobil kak faris sampai. Kasihan sekali mereka. And the story continue within the next day.. :D