It's not the mountain that we conquer but ourselves
Bergabung bersama klub pecinta
alam merupakan pengalaman baru bagi saya. Itu adalah mimpi saya sewaktu kecil
yang barusan terwujud. Bersama KAPA FTUI kegiatan Penarikan Minat saya ikuti
dengan mendaki Gunung Gede, 2985mdpl. Saya bersama tujuh orang teman lainnya
merencanakan perjalanan tanggal 22 hingga 24 november 2013.
Gunung Gede terletak di Jawa Barat,
beberapa kilometer jauhnya setelah melewati jalanan puncak, Bogor. Persiapan mendaki kami, manajemen perjalanan,
kami lakukan tiga hari sebelum berangkat. Kali ini saya mendapat bagian menjadi
pj sekbend. Usai semua persiapan kami lakukan, mulai dari peralatan, logistik,
jalur kritis, scenario dan lainnya kami bersiap berangkat menuju cibodas.
Sebelumnya kami melakukan pelepasan di parkiran dekat sekretariat Kamuka
Parwata FT UI. Kami dilepas oleh teman-teman KAPA lainnya sambil meneriakkan
1,2,3 KAPA.
Sekitar pukul 20:15 kami berangkat
dari fakultas teknik UI menuju Jl. Margonda Raya. Lalu kami menaiki angkutan
umum 112 menuju terminal kampung rambutan. Carrier-carrier kami memenuhi angkot
tersebut. Kaki pun harus rela terhimpit carrier selama sekitar 30 menit
perjalanan. Sesampainya di terminal kami menaiki bus jurusan cibodas.
Perjalanan ke cibodas memakan waktu cukup lama, mungkin sekitar tiga jam
perjalanan. Sewaktu di bus aku dan amal bercengkrama dengan pecinta alam lain
yang berasal dari daerah sekitaran Jawa Tengah, namun sedang bekerja di
Jakarta. Kami pun berbahasa jawa ria. Setelah tiba di pertigaan cibodas, kami
berdelapan turun dan mencarter angkot untuk menuju ke Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango. Perjalan dari UI hingga cibodas mengeluarkan biaya sebesar
32.000 rupiah.
Kami sampai di Green Ranger, Gunung
Gede sekitar pukul 01.30. Lalu kami melakukan registrasi dan membayar biaya
masuk 30.000 rupiah. Green Ranger merupakan start point bagi para pendaki
sebelum melakukan pendakian. Di Green Ranger saya membaca berbagai hiasan
dinding yang mengenang Soe Hok Gie. Rombongan kami baru boleh memulai
perjalanan mendaki gunung gede pukul 03.00.
Tepat pukul jam tiga pagi kami
berpamitan dengan para green ranger dan memulai pendakian kami. Tetapi sebelumnya
kami melapor dahulu di pos simaksi. Pendakian pun dimulai. Hawa dingin
perlahan-lahan merasuki kulit. Jaket, sarung tangan, kupluk, kaos kaki tebal
merupakan penghangat bagi badan saya. Inilah langkah-langkah pertama yang saya
tapakkan di gunung. Mendaki Gunung Gede adalah pendakian gunung perdana saya.Kami
bersama rombongan mendaki melalui jalur cibodas. Oleh karena jalur putri sedang
ditutup. Jalur cibodas merupakan jalur yang lebih mudah akan tetapi treknya
lebih panjang. Di jalur cibodas jalanannya sudah diberi batu-batu tangga,
sehingga memudahkan pendaki. Jalannya juga cukup lebar.
Setelah 45 menit berjalan kami tiba di pos
telaga biru. Akan tetapi kami tidak berencana beristirahat di sana. Kami
melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai di pos panancangan pada pukul
04.30 pagi hari. Kami pun lantas beristirahat dan melakukan evaluasi yang
dipimpin oleh ketua rombongan, karom, Amal.
Jam 04.30 suasana masih gelap, para
pendaki lain masih tidur di tenda-tenda mereka. Lama-kelamaan fajar mulai
menyingsing. Seusai evaluasi kami pun memulai kegiatan masak-memasak. Masakan
perdana ini, dimasak oleh Kak Iim dan Kak Hasan. Walaupun ada dua perempuan,
aku dan amal kami hanya membantu-bantu saja. Mereka, para cowok , semangat
sekali memasaknya. Pagi ini menu sarapan kami adalah telur dadar dan oseng
kangkung. Nikmat sekali, apalagi dimakan sewaktu lapar. Setelah kenyang dan
bersiap-siap kami melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum melanjutkan
pendakian kami.
Pendakian pun kami lanjutkan pukul
09:00. Awalnya kami merencakan untuk berjalan 60 menit lalu beristirahat, akan
tetapi realita tidak sejalan. Kami beristirahat setiap 20 hingga 30 menit.
Wajar pula karena beberapa di antara kami masih newbie dalam mendaki, termasuk
saya. Selain itu seminggu sebelum pendakian kami juga tidak melakukan latihan
fisik, seperti jogging dan pushup sehingga badan menjadi lebih cepat lelah. Setelah
sekian lama berjalan kami sampai di pos selanjutnya, Pos Kandang Batu. Usai
beristirahat sebentar kami melanjutkan lagi perjalanan. Di perjalanan perdana
saya, kaki saya beberapa kali mengalami kram. Saya juga berada di posisi
terakhir sebelum sweeper. Untung kak hasan dengan sabar menunggu saya yang
jalannya lama. Tidak tahu kenapa paha saya terasa panas, sehingga saya harus
duduk sebentar. Mungkin hal itu yang menyebabkan kaki saya kram. Tetapi karena
terlalu sering beristirahat (maklum masih newbie), kami diingatkan kak iim
untuk memaksa diri melewati batas.
“Walaupun capek, tebas terus, jalan
terus. Sampe capeknya bener-bener maksimal. Jangan manja.” Ujar kak iim
Dalam hati pun saya mengucapkan ‘tebas,
tebas, tebas’. Alhasil durasi berjalan saya hingga istirahat menjadi lebih
lama. Itu salah satu pelajaran yang saya dapatkan. Berjuang super maksimal dan
jangan membatasi diri. Lama-kelamaan pun kaki saya sudah tidak kram lagi.
Mungkin karena sudah mulai terbiasa berjalan jauh dengan medan berbatu. (cont)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar