Rabu, 08 Januari 2014

Pendakian Gunung Gede

It's not the mountain that we conquer but ourselves

            Bergabung bersama klub pecinta alam merupakan pengalaman baru bagi saya. Itu adalah mimpi saya sewaktu kecil yang barusan terwujud. Bersama KAPA FTUI kegiatan Penarikan Minat saya ikuti dengan mendaki Gunung Gede, 2985mdpl. Saya bersama tujuh orang teman lainnya merencanakan perjalanan tanggal 22 hingga 24 november 2013.

            Gunung Gede terletak di Jawa Barat, beberapa kilometer jauhnya setelah melewati jalanan puncak, Bogor.  Persiapan mendaki kami, manajemen perjalanan, kami lakukan tiga hari sebelum berangkat. Kali ini saya mendapat bagian menjadi pj sekbend. Usai semua persiapan kami lakukan, mulai dari peralatan, logistik, jalur kritis, scenario dan lainnya kami bersiap berangkat menuju cibodas. Sebelumnya kami melakukan pelepasan di parkiran dekat sekretariat Kamuka Parwata FT UI. Kami dilepas oleh teman-teman KAPA lainnya sambil meneriakkan 1,2,3 KAPA.

            Sekitar pukul 20:15 kami berangkat dari fakultas teknik UI menuju Jl. Margonda Raya. Lalu kami menaiki angkutan umum 112 menuju terminal kampung rambutan. Carrier-carrier kami memenuhi angkot tersebut. Kaki pun harus rela terhimpit carrier selama sekitar 30 menit perjalanan. Sesampainya di terminal kami menaiki bus jurusan cibodas. Perjalanan ke cibodas memakan waktu cukup lama, mungkin sekitar tiga jam perjalanan. Sewaktu di bus aku dan amal bercengkrama dengan pecinta alam lain yang berasal dari daerah sekitaran Jawa Tengah, namun sedang bekerja di Jakarta. Kami pun berbahasa jawa ria. Setelah tiba di pertigaan cibodas, kami berdelapan turun dan mencarter angkot untuk menuju ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Perjalan dari UI hingga cibodas mengeluarkan biaya sebesar 32.000 rupiah.

            Kami sampai di Green Ranger, Gunung Gede sekitar pukul 01.30. Lalu kami melakukan registrasi dan membayar biaya masuk 30.000 rupiah. Green Ranger merupakan start point bagi para pendaki sebelum melakukan pendakian. Di Green Ranger saya membaca berbagai hiasan dinding yang mengenang Soe Hok Gie. Rombongan kami baru boleh memulai perjalanan mendaki gunung gede pukul 03.00.

            Tepat pukul jam tiga pagi kami berpamitan dengan para green ranger dan memulai pendakian kami. Tetapi sebelumnya kami melapor dahulu di pos simaksi. Pendakian pun dimulai. Hawa dingin perlahan-lahan merasuki kulit. Jaket, sarung tangan, kupluk, kaos kaki tebal merupakan penghangat bagi badan saya. Inilah langkah-langkah pertama yang saya tapakkan di gunung. Mendaki Gunung Gede adalah pendakian gunung perdana saya.Kami bersama rombongan mendaki melalui jalur cibodas. Oleh karena jalur putri sedang ditutup. Jalur cibodas merupakan jalur yang lebih mudah akan tetapi treknya lebih panjang. Di jalur cibodas jalanannya sudah diberi batu-batu tangga, sehingga memudahkan pendaki. Jalannya juga cukup lebar.

Setelah 45 menit berjalan kami tiba di pos telaga biru. Akan tetapi kami tidak berencana beristirahat di sana. Kami melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai di pos panancangan pada pukul 04.30 pagi hari. Kami pun lantas beristirahat dan melakukan evaluasi yang dipimpin oleh ketua rombongan, karom, Amal.

            Jam 04.30 suasana masih gelap, para pendaki lain masih tidur di tenda-tenda mereka. Lama-kelamaan fajar mulai menyingsing. Seusai evaluasi kami pun memulai kegiatan masak-memasak. Masakan perdana ini, dimasak oleh Kak Iim dan Kak Hasan. Walaupun ada dua perempuan, aku dan amal kami hanya membantu-bantu saja. Mereka, para cowok , semangat sekali memasaknya. Pagi ini menu sarapan kami adalah telur dadar dan oseng kangkung. Nikmat sekali, apalagi dimakan sewaktu lapar. Setelah kenyang dan bersiap-siap kami melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum melanjutkan pendakian kami.

            Pendakian pun kami lanjutkan pukul 09:00. Awalnya kami merencakan untuk berjalan 60 menit lalu beristirahat, akan tetapi realita tidak sejalan. Kami beristirahat setiap 20 hingga 30 menit. Wajar pula karena beberapa di antara kami masih newbie dalam mendaki, termasuk saya. Selain itu seminggu sebelum pendakian kami juga tidak melakukan latihan fisik, seperti jogging dan pushup sehingga badan menjadi lebih cepat lelah. Setelah sekian lama berjalan kami sampai di pos selanjutnya, Pos Kandang Batu. Usai beristirahat sebentar kami melanjutkan lagi perjalanan. Di perjalanan perdana saya, kaki saya beberapa kali mengalami kram. Saya juga berada di posisi terakhir sebelum sweeper. Untung kak hasan dengan sabar menunggu saya yang jalannya lama. Tidak tahu kenapa paha saya terasa panas, sehingga saya harus duduk sebentar. Mungkin hal itu yang menyebabkan kaki saya kram. Tetapi karena terlalu sering beristirahat (maklum masih newbie), kami diingatkan kak iim untuk memaksa diri melewati batas.

Perjalanan mendaki Gunung Gede -dok.pribadi

            “Walaupun capek, tebas terus, jalan terus. Sampe capeknya bener-bener maksimal. Jangan manja.” Ujar kak iim

            Dalam hati pun saya mengucapkan ‘tebas, tebas, tebas’. Alhasil durasi berjalan saya hingga istirahat menjadi lebih lama. Itu salah satu pelajaran yang saya dapatkan. Berjuang super maksimal dan jangan membatasi diri. Lama-kelamaan pun kaki saya sudah tidak kram lagi. Mungkin karena sudah mulai terbiasa berjalan jauh dengan medan berbatu. (cont)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar